Sunday, 13 October 2019

Salaf Memahami Ayat Sifat Secara Zahir

Jawapan Imam al-Tirmizi, murid kepada Imam al-Bukhari jelas menunjukkan golongan salaf memahami ayat sifat Allah pada zahir ayat. Jika sebaliknya, mana mungkin golongan Jahmiyyah mengatakan ianya tashbih?

Di dalam Sunan al-Tirmizi, beliau ada menukilkan pandangannya selepas menyarahkan hadith di bawah:

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ الصَّدَقَةَ وَيَأْخُذُهَا بِيَمِينِهِ فَيُرَبِّيهَا لِأَحَدِكُمْ كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ مُهْرَهُ، حَتَّى إِنَّ اللُّقْمَةَ لَتَصِيرُ مِثْلَ أُحُدٍ

Maksudnya: “Sesungguhnya Allah menerima amalan sedekah dan mengambilnya dengan tangan kananNya. Lalu Allah mengembangkan pahalanya untuk salah seorang dari kamu, sebagaimana kamu membiakkan seekor anak kuda. Sehingga sedekah yang hanya sebiji boleh berkembang hingga sebesar gunung Uhud.” [Hadith Hasan Sahih]

Selepas menukilkan hadith di atas, beliau seterusnya memberikan komentar:

وقد قال غير واحد من أهل العلم في هذا الحديث وما يشبه هذا من الروايات من الصفات: ونزول الرب تبارك وتعالى كل ليلة إلى السماء الدنيا، قالوا: قد تثبت الروايات في هذا ويؤمن بها ولا يتوهم ولا يقال: كيف [ص:42] هكذا روي عن مالك، وسفيان بن عيينة، وعبد الله بن المبارك أنهم قالوا في هذه الأحاديث: أمروها بلا كيف، وهكذا قول أهل العلم من أهل السنة والجماعة، وأما الجهمية فأنكرت هذه الروايات وقالوا: هذا تشبيه، وقد ذكر الله عز وجل في غير موضع من كتابه اليد والسمع والبصر، فتأولت الجهمية هذه الآيات ففسروها على غير ما فسر أهل العلم، وقالوا: إن الله لم يخلق آدم بيده، وقالوا: إن معنى اليد هاهنا القوة، وقال إسحاق بن إبراهيم:إنما يكون التشبيه إذا قال: يد كيد، أو مثل يد، أو سمع كسمع، أو مثل سمع، فإذا قال: سمع كسمع، أو مثل سمع، فهذا التشبيه، وأما إذا قال كما قال الله تعالى يد، وسمع، وبصر، ولا يقول كيف، ولا يقول مثل سمع، ولا كسمع، فهذا لا يكون تشبيها، وهو كما قال الله تعالى في كتابه: {ليس كمثله شيء وهو السميع البصير} الشورى: 11


TERJEMAHAN:


"Telah berkata ramai dari kalangan sarjana mengenai hadith ini dan hadith lain yang sama mengenai hadith ini bahawa ia dari hadith-hadith sifat Allah: Turunnya Allah Tabarak wa Ta'ala pada setiap malam ke langit dunia, kata para salaf: Telah thabit riwayat-riwayat mengenai hadith ini untuk diimani dan bukan untuk dikhayalkan/dibayangkan dan tidak boleh berkata "Kaif" (bagaimana). Inilah yang diriwayatkan oleh Malik, Sufyan bin 'Uyainah, 'Abd Allah bin al-Mubarak yang mana mereka berkata mengenai hadith-hadith ini: membiarkan ayat-ayat sifat tanpa menyoal kaif (bagaimana). Inilah ucapan para sarjana dari Ahli Sunnah Wa al-Jama'ah."

"Adapun Jahmiyyah, mereka menafikan riwayat-riwayat ini, kata mereka: Ini tashbih, Allah 'Azza wa Jalla telah menyebut pada banyak tempat dari kitabNya perkataan "al-yad", "al-sam'u", dan "al-basr", namun golongan Jahmiyyah mentakwil ayat-ayat ini dan mereka menafsirkannya selain dari apa yang para sarjana (Ahli Sunnah) tafsirkan, kata mereka (Jahmiyyah): Sesungguhnya Allah tidak menciptakan Adam dengan tanganNya, kata mereka: Sesungguhnya makna "al-yad" disini adalah kekuatan."

"Kata Ishaq bin Ibrahim: Sesungguhnya tashbih terjadi apabila berkata: Tangan Allah seperti tangan makhluk, atau pendengaran Allah seperti pendengaran makhluk, maka ini adalah tashbih. Adapun jika mengatakan apa yang Allah Ta'ala kata seperti Allah ada tangan, pendengaran, penglihatan tanpa menyoal kaif  (bagaimana), dan tidak pula mengatakan seperti pendengaran makhluk, ini bukanlah tashbih sebagaimana Allah berfirman di dalam kitabnya: Tiada satupun yang menyerupai Allah dan Allah Maha Mendengar dan Maha Melihat. Al-Syura:11."





2 comments:

  1. Kami cuma ambil ilmu yang Allah redha dari kamu, ilmu dan apa sahaja yang Allah tak redha kepunyaan kamu dan kepunyaan pembantu pembantu kamu pada saya dan keluarga serta siapa sahaja, kami pulangkan semula kepada kamu selama lamanya, apa sahaja ilmu bathil yang kami terambil atau ambil dari kamu dan pembantu pembantu kamu dimasa lalu,kini dan dimasa akan datang

    ReplyDelete
  2. Salaf tidak memahami sifat sesuai makna hakikat bagi dzohir lafadz.
    Imam Abu Hanifah berkata :
    ﻓﻤﺎ ﺫﻛﺮﻩ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻲ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻣﻦ ﺫﻛﺮ اﻟﻮﺟﻪ ﻭاﻟﻴﺪ ﻭاﻟﻨﻔﺲ ﻓﻬﻮ ﻟﻪ ﺻﻔﺎﺕ ﺑﻼ ﻛﻴﻒ ﻭﻻ ﻳﻘﺎﻝ ﺇﻥ ﻳﺪﻩ ﻗﺪﺭﺗﻪ اﻭ ﻧﻌﻤﺘﻪ ﻷﻥ ﻓﻴﻪ ﺇﺑﻄﺎﻝ اﻟﺼﻔﺔ ...إلخ
    Apa-apa yang Allah Ta'ala firmankan di dalam Al Qur'an dari penuturan Al Wajh, Al yad, dan An Nafs, maka yang demikian adalah sifat baginya dengan tidak ada kaif, dan tidak dikatakan bahwa Yad Nya bermakna Qudroh Nya (kekuasaan Nya) atau Ni'mat Nya, karena di dalamnya membatalkan sifat..dst...
    ﻭﻟﻴﺴﺖ ﺟﺎﺭﺣﺔ
    Dan bukan bermakna jarihah (anggota badan).

    _Kitab Al Fiqhul Akbar. Al Imam Abu Hanifah._

    Di dalam sastra arab, makna al yad terbagi dua, yaitu makna majaz dan makna hakikat. Makna majaz dari al yad adalah nikmah (nikmat) dan qudroh (kekuasaan), sedangkan makna hakikatnya adalah jarihah (anggota badan). Tidak ada lagi makna Al yad selain yang demikian itu.

    Makna majaz ditolak oleh Imam Abu Hanifah dengan perkataannya :
    ولا يقال إن يده قدرته أو نعمته
    dan tidak dikatakan sesungguhnya yad Nya bermakna kekuasaan Nya atau nikmat Nya.

    Kemudian makna hakikat pun ditolak oleh Abu Hanifah dengan perkataannya :
    وليست جارحة
    Dan bukan bermakna jarihah (anggota badan).

    Setalah itu Imam Abu Hanifah tidak menjelaskan apa yang maksud sifat al yad yang ditetapkan, sehingga tidak diketahui makna dan maksud al yad yang disifatkan kepada Allah.

    Sama halnya Al Imam Abu Al Hasan Al Asy'ariy berkata :
    ﻭﺇﻥ ﺃﺛﺒﺘﻢ ﺣﻴﺎ ﻻ ﻛﺎﻷﺣﻴﺎء ﻣﻨﺎ ﻓﻠﻢ ﺃﻧﻜﺮﺗﻢ ﺃﻥ ﺗﻜﻮﻥ اﻟﻴﺪاﻥ اﻟﻠﺘﺎﻥ ﺃﺧﺒﺮ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻳﺪﻳﻦ ﻟﻴﺴﺘﺎ ﻧﻌﻤﺘﻴﻦ ﻭﻻ ﺟﺎﺭﺣﺘﻴﻦ، ﻭﻻ ﻛﺎﻷﻳﺪﻱ
    Jika kalian menetapkan sifat hidup tidak seperti hidup dari kami, lalu kenapa kalian mengingkari "yaadani" yang mana Allah ta'ala telah mengabarkan tentang keduanya yadaini bukan 2 nikmat dan bukan 2 jarihah (anggota badan), dan tidak seperti tangan-tangan.

    _Kitab Al Ibanah. Al Imam Abu Al Hasan Al Asy'ari._

    Sama halnya Al Imam Baihaqiy berkata :
    ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﺃﻥ ﻳﺤﻤﻞ ﻋﻠﻰ اﻟﺠﺎﺭﺣﺔ، ﻷﻥ اﻟﺒﺎﺭﻱ ﺟﻞ ﺟﻼﻟﻪ ﻭاﺣﺪ، ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﺘﺒﻌﻴﺾ، ﻭﻻ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﻮﺓ ﻭاﻟﻤﻠﻚ ﻭاﻟﻨﻌﻤﺔ ﻭاﻟﺼﻠﺔ
    Tidak boleh membawa sifat al yad kepada makna jarihah, karena Allah Jalla Jalaaluhu adalah yang satu, tidak boleh menetapkan terdiri dari bagian bagian kepada Allah, dan tidak boleh membawanya kepada makna kekuatan, kekuasaan, nikmat dan shillah (kata penghubung).

    _Kitab Al Asma Wa Sifat. Imam Baihaqiy._

    Jika makna majaz ditolak dan makna hakikat yang diketahui di dalam bahasa juga ditolak, maka tidak ada lagi makna bagi al yad, tidak diketahui makna dan maksudnya apa dari al yad yang disifatkan kepada Allah. Yang demikian adalah mentafwidh makna.
    Sebagaimana yang dikatakan oleh Al Baihaqiy :
    ﻗﺎﻝ اﻟﺒﻴﻬﻘﻲ وأسلمها اﻹﻳﻤﺎﻥ ﺑﻼ ﻛﻴﻒ ﻭاﻟﺴﻜﻮﺕ ﻋﻦ اﻟﻤﺮاﺩ ﺇﻻ ﺃﻥ ﻳﺮﺩ ﺫﻟﻚ ﻋﻦ اﻟﺼﺎﺩﻕ ﻓﻴﺼﺎﺭ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻣﻦ اﻟﺪﻟﻴﻞ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ اﺗﻔﺎﻗﻬﻢ ﻋﻠﻰ ﺃﻥ اﻟﺘﺄﻭﻳﻞ اﻟﻤﻌﻴﻦ ﻏﻴﺮ ﻭاﺟﺐ ﻓﺤﻴﻨﺌﺬ اﻟﺘﻔﻮﻳﺾ ﺃﺳﻠﻢ
    Imam Baihaqiy berkata : Dan yang paling selamat adalah beriman dengan tidak ada kaif, dan diam dari menjelaskan apa yang dimaksud, kecuali ada keterangan yang demikian dari As Shadiq (Nabi ﷺ), maka dijadikan kepadanya. Dan sebagian dari dalil di atas pendapat demikian adalah kesepakatan mereka di atas pendapat : takwil yang ditentukan bukan yang wajib, maka seketika itu tafwidh lebih selamat.

    _Dinukil oleh Al Imam Ibnu Hajar Al Asqalaniy._

    Adapun wahabi berkata bahwa sifat al yad sudah jelas maknanya secara hakikat. Artinya mereka meyakini makna jarihah (anggota badan), oleh sebab itu mereka terjemahkan sifat al yad dengan kata "Tangan" dan tangan di dalam kamus besar bahasa indonesia bermakna anggota badan. Jika bukan anggota badan lantas apa makna tangan yang wahabi sifatkan kepada Allah ?... karena tidak ada lagi makna hakikat tangan selain anggota badan.
    Itulah kenapa wahabi dihukumi mujassimah oleh para ulama ahlussunnah wal jama'ah. Karena sebenarnya mereka menetapkan anggota badan bagi Allah Ta'ala. Maha suci Allah dari keyakinan wahabi.

    ReplyDelete

Ibarat salaf لا يفسرها Merujuk Kepada لا يكيفها

Ramai mengatakan "mafhum" ibarat salaf (لا يفسرها) atau seumpamanya pada riwayat ayat sifat adalah indikasi mereka tidak menafsir...